Assalamu'alaikum,,,
Berikut ini makalah Kebudayaan Bekasi, semoga bermanfaat y, amin..
Jangan lupa kritik saran'a:-)
Berikut ini makalah Kebudayaan Bekasi, semoga bermanfaat y, amin..
Jangan lupa kritik saran'a:-)
MAKALAH
KEBUDAYAAN BEKASI
Dosen :
Setia Gumilar, M.Si
Samsuddin, M.Ag
Diajukan
untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti UTS dan UAS
Mata Kuliah Ilmu Budaya
Dasar
Disusun
Oleh :
AMAR FASYNI
(1210502013)
BSA/II/A
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB
DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG
DJATI
BANDUNG
2010-2011
KATA
PENGANTAR
Bismillaahirohmaniirrohim.
Dengan memohon rahmat dan ridha
Allah SWT. puji serta syukur kami panjatkan. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Shalawat
serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan alam, pemimpin anti
kolusi dan nepotisme paduka agung habibana wanabiyana Muhammad SAW. yang dengan
perantaraan beliau, kita, selaku umat
islam dapat mengenal dan melaksanakan ajaran agama baik berupa Al-Qur’an dan
hadits, semoga kita selalu mendapatkan syafa’at di hari akhir nanti. Amin.
Makalah ini di ajukan untuk
memenuhi sebagian syarat mengikuti UTS dan UAS MK dari Bapak Setia Gumilar, M.Si dan
Samsuddin, M.Ag, selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Penulis menyampaikan terima kasih
kepada kedua orang tua, rekan-rekan
seperjuangan dan Bapak Setia Gumilar, M.Si dan Samsuddin, M.Ag, selaku dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Budaya Dasar
yang telah berkenan memberikan pengarahan dan dukungannya sehigga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kepada para pembaca di mohon untuk saran dan
kritiknya yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah kami ini
serta mengkaji ulang sumber-sumber yang
telah menunjang.
Bandung,
April 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................
B. Tujuan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................
A.
Pengenalan
Daerah Bekasi ..............................................................
B.
Kebudayaan
Bekasi ........................................................................
1.
Kesenian
Daerah Bekasi ...........................................................
2.
Segi
Bahasa ...............................................................................
3.
Segi Peralatan
Hidup dan Teknologi.........................................
4.
Segi
Organisasi Kemasyarakatan ..............................................
5.
Segi Mata
Pencaharian...............................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Budaya
Bekasi diibaratkan hidup segan mati tak mau. Yang harus dilakukan saat ini
adalah menumbuhkan keyakinan untuk mampu bangkit. Harus punya keberanian.
Dengan kata lain, tantangannya adalah harus memulai membangun jaringan
komunikasi, baik dengan industri dan masyarakat. Untuk
menjaga keutuhan budaya Bekasi, jika menggunakan melalui hak paten, dirasakan
biayanya terlalu tinggi. Kalau bisa dengan peraturan daerah saja sudah cukup
kuat untuk melindungi. Karena pemerintah daerah lain tidak bisa mengklaim lagi.
Kebudayaan Bekasi berkembang berdasar
sikap masyakatnya yang terbuka, sehinga banyak pengaruh daerah lain masuk.
Namun pengaruh Cirebonan cukup dominan. Persolaan lain yang perlu diantisipasi
adalah adanya “ancaman” daerah lain ( Jakarta ) yang boleh jadi akan megklaim
beberapa kesenian tradisi Bekasi sebagai bagian dari tradisinya. Ini sudah
terjadi pada kesenian Topeng yang aslinya dari Tambun, tapi kini orang mengenalnya
sebagai Topeng Betawi. Langkah selanjutnya, bisa lebih dipertajam. Misalnya
menggunakan hak paten untuk melindungi cagar budaya Bekasi. Langkah ini
diharapkan dapat mengikis kata-kata kuota dari Provinsi Jawa Barat bahwa Kota
dan Kabupaten Bekasi hanya mendapat satu kuota cagar budaya. Pemberian kuota
ini sangat mengecewakan karena, membuka pintu bagi daerah lain, seperti DKI
Jakarta untuk mengklaim cagar budaya Bekasi. Dewan Kesenian bercita-cita bahwa kebudayaan harus menjadi oasenya,
bukan jadi obyeknya.
A.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah karena menjaga,
memelihara dan melestarikan kebudayaan merupakan
kewajiban setiap individu, maka dalam realisasinya, kami mencoba
menyusun makalah yang berjudul Kebudayaan Bekasi yang didalamnya mengulas tentang berbagai kebudayaan berdasarkan
unsur-unsur kebudayaan yang telah dipelajari.
Penyusunan makalah yang berjudul Kebudayaan
Bekasi ini bertujuan agar pembaca mengetahui bahwa Kabupaten dan Kota Bekasi
merupakan daerah yang kaya akan budaya serta menyadari bahwa menjaga dan
melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengenalan Daerah Bekasi
Bekasi
adalah wilayah yang berbatasan
langsung dengan daerah Jakarta sang primadona Indonesia, yang
dalam istilah
adalah daerah urban. Banyak sekali
masyarakat Bekasi yang bekerja
di Jakarta dan juga sebaliknya. Jakarta, sebagai ibukota dengan berbagai gaya
hidup dan gelembung budaya yang selalu berkembang, tentu saja menyentuh
sisi-sisi Bekasi sebagai daerah urban. Makanya, Bekasi merupakan salah satu kota yang paling cepat mengalami
perubahan dalam hal sosial, seperti lifestyle dan ilmu pengetahuan.
Kota
Bekasi memiliki luas wilayah sekitar 210,49 km2, dengan batas wilayah Kota
Bekasi adalah:
•
Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi
•
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
•
Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
•
Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi
Letak
geografis : 106o48’28’’-107o27’29’’
Bujur Timur dan 6o10’6’’- 6o30’6’’
Lintang Selatan.
Salah
satu prestasi yang telah dicapai Kota Bekasi di tahun 2009 adalah Piagam
Adipura. Prestasi tersebut, merupakan catatan terbaik duet kepemimpinan
Walikota Bekasi H Mochtar Mohamad dan Wakil Walikota Bekasi H Rahmat Effendi,
karena berhasil membalikkan predikat sebagai Kota Metropolitan Terkotor yang
disandang sejak tahun-tahun sebelumnya. Keberhasilan meraih Piagam Adipura
merupakan titik awal dalam persaingan meraih Piala Adipura pada tahun 2010
mendatang. Keberhasilan yang sekaligus menjauhkan dari rasa keberpuasan diri,
membuat duet pemimpin Kota Bekasi ini terus memacu kinerjanya, salah satunya
dalam menggapai Piala Adipura yang diidam-idamkan, tidak hanya oleh keduanya,
tapi sekaligus oleh jajaran Pemkot Bekasi dan masyarakat Kota Bekasi.
Kota Bekasi yang
disebut sebagai daerah penyeimbang ibukota Jakarta, saat ini telah banyak
melakukan pembenahan. Pertumbuhan masyarakat yang berkembang pesat menjadi
ukuran yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam tingkat kota/kabupaten, dimana
perkembangan Kota Bekasi saat ini telah mengikuti irama perkembangan DKI
Jakarta.
B.
Kebudayaan Bekasi
Kebudayaan Bekasi akan punah kalau tidak dijaga.
Minimal dengan mempublikasikannya dengan tulisan. Salah satu contoh ialah, pemerintah daerah Solo dan
Banjarmasin yang sudah
melakukannya. Tetapi, kita
belum menemukan sebuah buku di Bekasi yang menggarap profil kebudayaan secara
utuh. Mengharapkan ada penulis yang serius menggarap profil kebudayaan Bekasi.
Nanti kemungkinan bisa dicetak oleh pemerintah daerah dan dapat dibagikan ke
masyarakat secara gratis. DPRD respek dengan permasalahan kebudayaan Bekasi.
Meminta dari pertemuan-pertemuan Komunitas Pangkalan Bambu, dibuatkan notulensi
sehingga ada jejaknya. Selama ada keseriusan, ada pengkajian, dan mengajak anggota DPRD lainnya untuk
juga membicarakan masalah kebudayaan Bekasi yang terancam punah. Dan juga adanya kesediaaan diri untuk membantu dengan memberikan komputer laptop untuk
operasional. Minimal kegunaanya untuk membuat notulensi tiap kali ada pertemuan
Komunitas Pangkalan Bambu.
1.
Kesenian Daerah Bekasi
Sulit menetapkan kesenian Kola Bekasi.
Pasalnya, warga Kota Bekasi saat percampuran antara budaya Betawi, Jakarta dan
budaya Sunda, Jawa Barat. Pasalnya, kebanyakan warga Kota Bekasi berasal dari
Jakarta. Sedangkan, daerah itu sendiri masuk Jawa Barat yang masuk teritorial
tanah Sunda.
Tapi,
nyatanya kesenian Kota Bekasi lebih dekat dengan kesenian khas Jakarta.
Pasalnya, Budaya Betawi warga Kota Bekasi masih sangat dekat dengan budaya
Betawi.
Sejak Kerajaan Pasundan, 2 Jawara Adu
Kemahiran Silat, Kota
Bekasi rajin menginventarisir
kesenian asli daerahnya. Setelah kesenian Topeng, kini satu lagi kesenian khas Kota Patriot itu akan dipopulerkan. Yakni kesenian Ujungan.
Kesenian Ujungan yaitu kesenian dengan
memukul betis dan tulang kering, dengan memanfaatkan lull aren, seorang pemain
Ujungan langsung meloncat-loncat dengan bergaya lucu. Ditambah lagi dengan laga
kocak pemain Ujangan ini membuat penonton terpingka-pingkal. Agar tidak terkena penonton, maka disiapkan
sendiri arenanya. Sejak tumbuh di jamannya, permainan Ujungan ini sangat
digemari warga Kota Bekasi. Karena, mereka sangat terhibur apabila ada
pagelaran kesenian ini digelar
Meski
ditenggelamkan jaman, namun permainan tradisional Kota Bekasi ini mendapatkan
perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi untuk dijadikan kesenian khas Kota
Bekasi. Bahkan, kesenian ini juga pernah dipertontonkan saat digelarnya pertunjukan kesenian antar daerah di Jawa
Barat beberapa waktu lalu, (bersambung) sama dengan DKI Jakarta.
Ratusan
tahun lalu, menurut para tokoh Bekasi yang kini masih hidup, permainan Ujungan
dijadikan sebagai buhan canda. Salah satu tokoh seni Kota Bekasi, H.M Husin
Ka-mali mengatakan Ujungan telah bermetamorfosa. Awalnya, Ujungan adalah
permainan olahraga ketangkasan. Namun, dalam perjalanannya temyata difungsikan
sebagai alat penghibur bagi masyarakat.
Kesenian selanjutnya yaitu berupa tari topeng Bekasi yang
mana DKI
Jakarta telah mengklaim
tari Topeng Bekasi menjadi Tari Topeng Betawi.
2.
Segi Bahasa
Bahasa Bekasi benar-benar khas dan tidak ada yang
menyamainya. Bahkan bahasa yang lazim
digunakan kebanyakan orang di Bekasi sangatlah unik. Bila
diperhatikan, orang asli atau yang sudah
lama tinggal di Bekasi akan berbicara dengan bahasa Sunda, atau terkadang hanya
logatnya. Dengan membawa keaslian Sunda tersebut, Bekasi yang notabene adalah
kota urban, terkena imbas budaya betawi yang begitu mudah masuk dan
mempengaruhi nilai-nilai sosial, termasuk bahasa.
Seringkali orang Bekasi dapat dikenali ke-sunda-annya dari logat dan
nada yang digunakan.
Namun diksi dan kata-kata yang dipilih lebih mengarah ke bahasa Betawi.
Sehingga dapat disimpulkan bahasa Bekasi adalah mixing antara Betawi dan
Sunda yang membuat bahasanya lebih menarik dan asik untuk didengarkan.
Semua itu dapat dianggap sebagai sebuah nilai sosial yang
bernilai tinggi, karena Bekasi telah memadukan bahasa Sunda yang klasik dan
bahasa Betawi yang ekspresif menjadi bahasa Bekasi yang asik dan menyenangkan.
3.
Segi
Peralatan Hidup dan Teknologi
Kemajuan
teknologi pun kini tersosialisasi dengan baik dan bahkan telah berjalan.
Diantara kemajuan teknologi yang telah berjalan di Kota Bekasi adalah mengolah
sampah menjadi sumber energi listrik dan mengubah sampah menjadi Bio Oil
yang tentunya melibatkan tenaga-tenaga yang handal dan profesional baik lokal
maupun hasil kerja sama luar negeri.
Pertumbuhan
masyarakat dan perkembangannya saat ini yang diiringi dengan tersedianya
beragam fasilitas, sarana dan prasarana pendukung membuat perkembangan
infrastruktur di Kota Bekasi patut diperhitungkan. Percepatan tersebut dilakukan melalui perbaikan-perbaikan
sarana dan prasarana jalan mencakup seluruh jaringan jalan yang ada, meski
perlahan namun arahnya jelas. Selain itu, secara umum, kebersihan baik
lingkungan maupun aliran air (sungai) telah menampakkan hasil yang positif.
Sehingga, melihat upaya yang telah dilakukan jajaran Pemkot Bekasi melalui
walikota dan wakilnya, sudah saatnya Kota Bekasi mendapat Adipura.
4.
Segi
Organisasi Kemasyarakatan
Terlaksananya
Program Perencanaan Partisipatif Masyarakat Desa (P3MD), tidak terlepas dari
berbagai kebijakan yang melatarbelakanginya yaitu UU No. 22 tahun 1999,
Propeda, Renstrada dan Repetada Kabupaten Bekasi. Kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan meliputi tahap persiapan yang terdiri dari evaluasi program,
penentuan lokasi sasaran dan menyusunan tujuan, sasaran dan kebijakan dalam
pelaksanaan program. Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan dimana pada
tahap ini lebih bersifat informatif dalam bentuk sosialisasi yang diadakan pada
tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Kemudian ditindaklanjuti dengan
mengadakan pelatihan dan pengembangan untuk fasilitator desa yang didampingi
oleh tenaga pendamping lapangan (Lembaga BM2). Tahap ketiga meliputi
pengembangan, pemberdayaan dan evaluasi program dengam melibatkan masyarakat
dan perangkat desa dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa dalam bentuk
proposal usulan desa untuk diajukan pada tingkat kecamatan. Tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan program diarahkan pada upaya untuk menumbuhkan prakarsa,
swadaya, partisipasi, kerja sama, memberdayakan kemampuan dan potensi
masyarakat serta sumber-sumber yang ada dalam masyarakat melalui diskusi
kelompok, wawancara, observasi, brain storming, role playing dan studi
dokumentasi.
5.
Segi
Ekonomi dan Mata Pencaharian
Penggusuran lahan-lahan produktif telah menyebabkan
banyak hilangnya potensi ekonomi masyarakat tradisional yang selama ini hidup
dari pertanian yang memiliki kemampuan bukan dari bangku sekolah, melainkan
dari ilmu turun temurun, perubahan paradigma yang terjadi tentu saja membuat
sock mereka yang tidak memiliki kemampuan lain selain bertani, dampak yang
terjadi adalah ada beberapa generasi yang kemudian termandulkan karena orang
tuanya tidak lagi memiliki lahan penghasilan, sehingga tidak mampu
menyekolahkan anak-anaknya, akibat dari itu maka yang terjadi kemudian adlah
tercipatanya kesenjangan sosial, karena untuk bisa bersaing dikalangan industri
mereka harus memiliki persyaratan formil, sehingga akibat dari terjadinya kesenjangan
sosial ini maka kemudian munculnya tingkat kriminalitas akibat kalah persaingan.amarfasyni.blogspot.com
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berangkat
dari kenyataan bahwa ada dua budaya dominan yang berkembang di wilayah Bekasi
ini, yakni Betawi dan Sunda.
Menggugah
kalangan konstituen untuk bagaimana merumuskan permasalahan cagar budaya Bekasi
yang “hilang” karena diklaim oleh daerah lain, seperti DKI Jakarta mengklaim
tari Topeng Bekasi menjadi Tari Topeng Betawi. Konstituen diharapkan memikirkan
masalah ini secara serius sehingga dikemudian hari tidak terjadi terjadi lagi.
Misalnya, apakah bisa menerbitkan peraturan daerah tentang perlindungan
kebudayaan Bekasi sehingga tidak diklaim oleh daerah lain. Kalau memungkinkan,
apakah bisa dibuat hak paten. Mematenkan budaya Bekasi.
Kebudayaan Bekasi berkembang berdasar
sikap masyakatnya yang terbuka, sehinga banyak pengaruh daerah lain masuk.
Namun pengaruh Cirebonan cukup dominan. Persolaan lain yang perlu diantisipasi
adalah adanya “ancaman” daerah lain ( Jakarta ) yang boleh jadi akan megklaim
beberapa kesenian tradisi Bekasi sebagai bagian dari tradisinya. Ini sudah
terjadi pada kesenian Topeng yang aslinya dari Tambun, tapi kini orang
mengenalnya sebagai Topeng Betawi. Dia menyebut ada jenis empat tradisi yang
mesti segera “dilindungi” agar tak direbut. Antara lain Wayang klitik, Wayang
udung. Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan pementasan kesenian,
antara lain Ujungan. Ini untuk melibatkan para pelaku kesenian itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 1981. Metode-Metode Penelitian
Masyarakat.
Jakarta : Gramedia.
Muhammad,
Abdulkadir. 2008. Ilmu Sosial Budaya
Dasar. Bandung : Citra Aditya Bakti.
http://amarfasyni.blogspot.com/2013/01/ilmu-budaya-dasar-makalah-kebudayaan.html
2 komentar:
Trima kasih atas postingan makalahnya
Sama"...
Semoga bermanfaat:-)
Posting Komentar