Assalamu'alaikum..
Wat temen" yang sedang mencari makalah sosiolinguistik, newh ane ada sedikit referensi makalah. semoga bermanfaat. Amin:-)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap
bidang keilmuan tentu mempunyai kegunaan praktis. Begitu juga dengan
sosiolinguistik yang merupakan ilmu pengetahuan yang empiris karena berdasarkan
pada kenyataan-kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Sosiolinguistik juga dikatakan sebagai ilmu teoritis karena kita mengumpulkan
dan mengatur gejala-gejala sosial berdasarkan teori, membuat penafsiran yang
sistematis, dan memformulasi gejala-gejala itu.
Sosiolinguistik
sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam
hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan
bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetap sebagai
masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam
bertutur akan selalu dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi di sekitarnya. Sosiolinguistik berupaya menjelaskan
kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam
situasi-situasi bervariasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Selayang Pandang Sosiologi dan Linguistik
Sebelum memasuki pembahasan tentang objek kajian
sosiolinguistik, perlu kiranya mahasiswa mengetahui
tentang objek kajian masing masing disipilin ilmu ini, sosiolinguistik
merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan linguistik. Sosiologi membahas
tentang hubungan kemasyarakatan dalam kehidupan manusia sebagaimana yang
diungkapkan oleh Abdul Chaer dan Leonie Agustina dalam Sosiolinguistik Perkenalan Awal, bahwa sosiologi adalah kajian yang
objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat dan mengenai
lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. ( Abdul Chaer & Leonie Agustina: 2004:2). Dengan
kata lain sosiolinguistik mengkaji tentang permasalahan hubungan antara
manusia.
Sedangkan
menurut A. Wahid Sy, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk didalamnya perubahan-perubahan sosial. ( A.
Wahid Sy. Bunga Rampai Sosiologi Bahasa
(Kumpulan Makalah). Tanpa halaman. Maka dapat diambil kesimpulan dari kedua
teori tersebut bahwa sosiologi adalah ilmu yang mengkaji hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya.
Linguistik
menurut Abdul Chaer & Leonie Agustina adalah ilmu yang mempelajari bahasa
dan bidang ilmu yang menjadikan bahasa sebagai obek kajiannya. Maka disini
jelas bahwa linguistik dalam pembahasannya berkaitan dengan seputar bahasa.
Menurut
A. Wahid Sy. Linguistik dilihat dari segi sifat telaahnya di bagi atas
a.
Linguistik Mikro
Dimaksudkan
sebagai linguistik yang sifat telaahannya lebih sempit, artinya bersifat
internal. Hanya melihat bahasa sebagai bahasa, meneropong kegiatan-kegiatan
yang kita jumpai dalam bahasa saja.
b.
Linguistik Makro
Sifat
telaahnya bersifat eksternal, meneropong kegiatan bahasa misalnya pada
bidang-bidang ekonomi, sejarah, bahasa digunakan sebagai alat untuk melihat
bahasa dari sudut pandang di luar bahasa. ( A. Wahid Sy. Bunga Rampai Sosiologi Bahasa (Kumpulan
Makalah). Tanpa halaman )
Linguistik
merupakan bidang kajian yang menjadikan bahasa sebagai objek kajian. Linguistik
terbagi menjadi dua yaitu linguistik mikro yang mempelajari struktur internal
bahasa dan linguistik makro yang mempelajari struktur eksternal bahasa.
Linguistik
makro mengarahkan kajiannya pada hubungan bahasa dengan faktor – faktor di luar
bahasa diantaranya :
1.
Masyarakat Bahasa
Kata
masyarakat biasanya diartikan sebagai sekelompok orang yang merasa sebangsa,
seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan sosial
yang sama. Karena titik berat pengertian masyarakat bahasa pada “merasa
menggunakan bahasa yang sama”, maka konsep masyarakat bahasa dapat menjadi luas
dan dapat menjadi sempit. Akibat lainnya adalah patokan linguistik umum
mengenai bahasa menjadi longgar.
2. Variasi
dan Status Sosial Bahasa
Bahasa
bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan
bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam pula. Dalam
beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan adanya
dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya.
Variasi T (Tinggi) digunakan dalam situasi resmi, sedangkan variasi R (rendah)
dipelajari langsung oleh masyarakat umum. Adanya pembedaan variasi T dan R
disebut diglosia.
3. Kontak Bahasa
Dalam
masyarakat yang terbuka , artinya yang para anggotanya dapat menerima
kedatangan anggiota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu
masyarakat , akan terjadilah kontak bahasa. Kefasihan seseoarng untuk
menggunakan dua bahasa sangat tergantung pada adanya kesempatan untuk
menggunakan kedua bahasa itu. Dalam masyarakat yang bilingual atau multilangual
sebagai akibat adanya kontak bahasa adapat terjadi peristiwa interferensi,
integrasi, alihkode, dan campurkode. Interferensi biasanya dibedakan dari
integrasi. Dalam integrasi unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk itu,
sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang
menerimanya atau dimasukinya. Alih kode yaitu beralihnya penggunaan suatu kode
ke dalam kode yang lain. Alih kode dibedakan dari campur kode. Alih kode
terjadi karena bersebab. Dalam campur kode ini dua kode atau lebih digunakan
bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai.
4.
Bahasa dan Budaya
Dalam
sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan
bahasa dan kebudayaan. Hipotesis ini dikeluarkan ole Edward Sapir dan Benjamin
Lee Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Atau lebih
jelasnya dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya.
Jadi, bahasa menguasai cara berpikir dan bertindak manusia.
Karena
bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan
manusia bermasyarakat, sedangkan kegiatan itu sangat luas. Karena itu, cabang
linguistik makro menjadi sangat banyak salah satu diantaranya adalah
sosiolinguistik.
B.
Sosiolinguistik
Istilah
sosiolinguistik ini muncul pada tahun 1952 dalam karya Haver C. Currie yang
merupakan gabungan dari kata sosiologi dan linguistik. Sosiologi adalah kajian
yang objektif dan ilmiah mengenai manusia dalam masyarakat dan mengenai lembaga
– lembaga serta proses sosial yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan
linguistik adalah ilmu bahasa atau bidang yang menjadikan bahasa sebagai objek
kajian. Salah satu teori sosiolinguistik yang bisa dipakai sebagai rujukan
adalah teori dari Nababan, bahwa pengkajian bahasa dengan dimensi
kemasyarakatan… disebut Sosiolinguistik
(oleh Nababan 1984:2 dalam Sosiolinguistik
Perkenalan Awal)
Sosiolinguistik
merupakan gabungan antara sosiologi dan disiplin linguistik. Keduanya mempunyai
hubungan yang sangat erat namun berbeda kajiannya. Sosiologi adalah kajian yang
objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai
lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan
diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri denagan lingkungannya,
masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya.
Istilah
sosiologi bahasa sangat berkaitan dengan sosiolinguistik. Bahkan banyak orang
menganggap bahwa keduanya sama. Namun jika diteliti, keduanya mempunyai
perbedaan. Perbedaan tersbut diungkapkan oleh Fishman, pakar sosiolinguistik
yang andilnya sangat besar dalam kajian sosiolinguistik. (Siti Nuranisah,
Sosiologi Bahasa, imajiideku.blogspot.com/.../hakikat-sosiolinguistik-dan-sosiologi.htm
)
Formal
dalam Kamus Ilmiah Popular adalah :
formil ; resmi; sah; secara teratur; dengan sungguh-sungguh; sesuai dengan adat
kebiasaan. ( Partanto, Pius A. dan M.
Dahlan al-Barry. Kamus Ilmiah Populer. Arkola. Surabaya. 1994 ) Sedangkan material adalah :
kebendaan; sifat materi; bahan..
Namun
ketika masuk pada objek suatu ilmu, maka makna formal dan material berubah sesuai
dengan keilmuan tersebut. Objek formal bermakna kepada ilmu yang kita pelajari
tersebut yang mengandung ontology, epistemology dan aksiologi seperti
sosiologi, linguistik, psikologi dan sebagainya. Sedangkan objek material
adalah realita yang ada pada ilmu yang kita pelajari, contoh seperti
sosiolinguistik membahas realita kebahasaan dalam ranah sosiologi.
Objek formal dalam kajian sosiolinguistik adalah sosiologi.
Sementara objek materialnya adalah bahasa. Maksudnya adalah bahasa yang
diteliti menurut pendekatan sosiologi.
Sebagai
objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa
melainkan dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi di
dalam masyarakat manusia (Chaer, 2004: 3).
1.
Sosiolinguistik
adalah ilmu tata bahasa yang digunakan di dalam interaksi sosial; cabang
linguistik tentang hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan
perilaku sosial (KBBI, 2008 : 1332).
2.
Sosiolinguistik
adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat (Chaer, 2004:2).
3.
Menurut sejumlah ahli (Wardaugh, 1986, Holmes,
1995) sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang berusaha menerangkan
korelasi anatar perwujudan struktur atau elemen bahasa dengan faktor – faktor
sosiokultural pertuturannya…(Dalam Wijana, 2010: 11).
4.
Kridalaksana mengatakan :”Sosiolinguistik
yaitu cabang linguistik yang berusaha untuk menjelaskan ciri – ciri variasi
bahasa dan menetapkan korelasi ciri – ciri variasi bahasa tersebut dengan ciri
– ciri sosial (dalam Pateda, 1987: 2).
C. Metodologi Sosiologi Bahasa
Metode yang digunakan adalah metode linguistik dan sosiologi. Metode-metode
linguistik dipakai untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk bahasa serta
unsur-unsurnya dengan notasi tanda-tanda fonetik/fonemik. Metode sosiologi
biasa dipakai dalam mengumpulkan data seperti, observasi, kuesioner, dan
wawancara. Analisisnya dapat menggunakan metode statistik, yakni untuk
mendapatkan pola-pola umun dalam tindak laku berbahasa ( Ening Heryati,
sosiolinguistik ).
Objek kajian
sosiolinguistik dapat diteliti berdasarkan pada tiga langkah, yaitu penyediaan
data, analisis data, dan penyajian hasil analisis. Ada prinsip yang wajib
diingat dalam konteks penelitian sosiolinguistik, yaitu bahwa aspek luar bahasa
sangat signifikan menjelaskan atau dijelaskan oleh bahasa itu sendiri. Artinya,
konsep dasar kajian sosiolinguistik adalah konsep korelasi. Yang dilakukan
peneliti di bidang ini adalah mengkorelasikan bahasa dengan aspek sosial
(sosial budaya masyarakat). Seorang peneliti dalam bidang sosiolinguistik harus
dapat membedakan bahasa sebagaimana adanya (deskriptif) dan bahasa sebagaimana
seharusnya (preskriptif atau sering pula disebut normatif). Dalam studi
sosiolinguistik jelas bahwa bahasa harus diteliti sebagaimana adanya. Oleh
karena itu, bahan atau data linguistik yang diperoleh harus bersifat alamiah (naturally
occuring language), tidak boleh dibuat-buat (contrived).
Ada dua metode penyediaan data yaitu metode observasi dan
metode wawancara Metode observasi (dalam literatur metodologi penelitian
linguistik di Indonesia) disebut metode simak, sedangkan metode wawancara
disebut metode cakap (lih. Sudaryanto, 1993). Metode observasi adalah metode
penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati objek kajian dalam konteksnya.
Misalnya, seorang peneliti sedang meneliti pemakaian peribahasa, maka ia harus
mengumpulkan peribahasa itu bersama dengan teks-teks lain yang menyertainya,
para pemakai peribahasa itu, dan juga unsur-unsur nonverbal lain yang
melatarinya, termasuk unsur prakondisi atau aspek sosial dan budaya. Pemakaian
metode observasi dengan bahan teks sebagai acuan disebut penelitian kepustakaan
(library research), sedangkan metode observasi dengan bahan teks dengan
konteks yang lebih luas disebut penelitian lapangan (field research). Dalam praktik pelaksanaan observasi ini,
peneliti bisa melakukan pengamatan dengan cara terlibat langsung, dan bisa pula
dengan cara tidak terlibat langsung. Observasi terlibat langsung ini sering
dinamai metode observasi partisipasi atau metode observasi berperan serta,
sedangkan observasi tidak terlibat langsung dikenal pula sebagai metode
observasi nonpartisipasi atau metode observasi tidak berperan serta.
Nama-nama metode ini lazim dipakai dalam literatur metodologi penelitian
sosiolinguistik (Chaika, 1982: 23) dan ilmu sosial lainnya ( Nasution, 2004:
106-113). Perlu diberi catatan bahwa Sudaryanto (1993: 133-134) menamakan
metode observasi partisipasi sebagai teknik simak libat cakap, sedangkan metode
observasi nonpartipasi sebagai teknik simak bebas libat cakap. Metode wawancara
adalah metode penyediaan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan secara langsung.
Metode analisis dalam kajian sosiolinguistik ini dapat
dibagi ke dalam dua jenis, pertama, metode korelasi atau metode pemadanan, yakni metode yang berkaitan dengan pengkorelasian
objek bahasa secara eksternal dengan unsur nonbahasa, dan kedua, metode operasi atau metode distribusi, yakni metode yang berkaitan dengan pembedahan,
pengolahan, atau pengotak-atikan teks verbal secara internal. Metode korelasi adalah metode analisis yang
menjelaskan objek kajian dalam hubungannya dengan konteks situasi atau konteks
sosial budaya. Metode operasi atau metode distribusi adalah metode analisis yang
menguraikan unsur-unsur substansial objek kajian dan mendistribusikannya dengan
unsur-unsur verbal lainnya untuk mendapatkan pola, aturan atau kaidah yang
berhubungan dengan konteks situasi dan sosial budayanya.
BAB
III
KESIMPULAN
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat
interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara
bahasa dngan faktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur. Sedangkan
Sosiologi bahasa adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial. Keduanya
mempunyai perbedaan namun saling berkaitan. Hubungan sosiolinguistik dengan
sosiologi dapat kita lihat dalam penggunaan metode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
http://amarfasyni.blogspot.com/2013/03/sosiolinguistik.html
Chaer, Abdul, dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka
Cipta.
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan
al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.
Siti Nuranisah, Sosiologi Bahasa, imajiideku.blogspot.com/.../hakikat-sosiolinguistik-dan-sosiologi.htm
Sy, A. Wahid. 2001. Bunga Rampai Sosiologi Bahasa (kumpulan makalah). Bandung: UIN Bandung
Wijana, I dewa putu, dan mohammad
rohmadi. 2010. Sosiolinguistik: kajian teori dan analisis. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
1 komentar:
mantap
Posting Komentar