Bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiah mother
tongue (bahasa
Inggris) adalah bahasa pertama
yang dipelajari oleh seseorang dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa
tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari
keluarga mereka.
Dalam pemertahanan bahasa lazimnya
tertuju pada bahasa ibu Dalam konteks
bilingual, yang dalam hal ini terdapat bahasa ibu (minor language) atau
bahasa etnis bersehadapan dengan bahasa utama (major language), seperti
bahasa nasional. Pemertahanan bahasa ibu (language maintenance) lazim
didefinisikan sebagai upaya yang disengaja, antara lain, untuk (1) mewujudkan
diversitas kultural, (2) memelihara identitas etnis, (3) memungkinkan adaptabilitas
sosial, (4) secara psikologis menambah rasa aman bagi anak, dan (5)
meningkatkan kepekaan linguistis (Crystal, 1997).
Bahasa Sunda dituturkan
oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua
di Indonesia setelah bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa
Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya
di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali
kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa
ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Semakin
berkembangnya budaya asing di Indonesia, oleh sebab itu perlunya pelestarian
bahasa ibu yang dalam hal ini kami masukan Bahasa Sunda karena dilihat dari
latar belakang tempat kuliah kami di daerah sunda. Masyarakat suku sunda pada
umumnya sudah tidak memakai bahasa sunda, ini dikarenakan beberapa sebab.
Diantaranya mereka merasa malu menggunakan bahasa sunda karena dianggap
“kampungan” dan mereka berfikir bahwa bahasa asing lebih keren dipakai.
Yang kedua dikarenakan bahasa sunda menggunakan kata yang sangat sulit yaitu
melihat siapa yang diajak bicara. Misalnya kata makan, dalam bahasa sunda
terdiri dari beberapa macam yaitu neda, tuang, dahar, dan nyatu. Ini tentu saja
memusingkan karena jika salah penempatan pasti dianggap tidak sopan. Maka
dari itu dianggap susah.
B.
Alasan
Lokasi Praktikum
Kabupaten Ciamis adalah salah satu kabupaten di
Jawa Barat yang mayoritas berbahasa Sunda. Namun, karena letak geografisnya
berbatasan dengan Jawa Tengah mungkin dapat kita temukan dialek yang berbeda,
apalagi bila dilihat dari luasnya Kabupaten Ciamis yang mungkin sebelah Barat
dan Utara menggunakan bahasa Sunda, sedang sebelah timur yang berbatasan
langsung dengan Jawa Tengah berbahasa Jawa.
Mayoritas penduduk Kabupaten Ciamis adalah suku
bangsa Sunda yang berbahasa ibu bahasa Sunda. Di samping itu terdapat suku
bangsa Jawa yang berdiam di daerah perbatasan Ciamis dan Cilacap, sepanjang
daerah sungai Citanduy, mulai dari Banjar, ke sebelah selatan sampai ke Segara
Anakan. Kemudian mereka menyebar ke pedalaman dan ke sepanjang pantai Ciamis
Selatan. Kelompok etnis lain yang terdapat di Kabupaten Ciamis ialah WNI
keturunan Cina dan keturunan Arab, yang pada umumnya mereka berdiam di kota,
baik di kota-kota kecamatan maupun di kota kabupaten.
Keadaan kebahasaan di Kabupaten Ciamis sangat
menarik, secara administratif wilayah Kabupaten Ciamis sebelah timur berbatasan
dengan wilayah Jawa Tengah. Di daerah perbatasan timur sebelah utara, wilayah
pemakaian bahasa Sunda menjorok ke dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, melewati
batas administratif. Di daerah perbatasan timur sebelah selatan terjadi hal
sebaliknya. Wilayah pemakaian bahasa Sunda tidak sampai ke perbatasan
administratif. Pemakaian bahasa Jawa menjorok ke dalam wilayah Jawa Barat,
melewati perbatasan administratif, walaupun pemakaiannya bersifat dwi bahasa
(Bahasa Campuran).
Selain adanya pemakaian bahasa menurut letak
geografis, terdapat pula pemakaian bahasa menurut lingkungannya. William F.
Mackey (1962) melukiskan adanya empat hal yang dapat memberikan kedwibahasaan,
yaitu (1) tingkat kedwibahasaan, (2) fungsi, (3) alternasi, (4) interferensi. Fungsi
dibagi dua yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi eksternal
melukiskan pemakaian bahasa menurut lingkungan pemakainya. Pemakaian bahasa
dalam setiap lingkungan atau daerah sentuh bahasa ditentukan oleh beberapa
variabel yaitu (1) lamanya, (2) kekerapannya, dan (3) dorongan-dorongan yang
menyebabkan adanya pemakaian bahasa.
Lingkungan pemakaian bahasa atau daerah sentuh
bahasa dapat terjadi (1) di rumah, (2) di masyarakat, (3) di sekolah, (4) dalam
media massa, dan (5) dalam korespondensi. Pemakaian bahasa di rumah dapat
terjadi dengan ayah, ibu, sanak saudara, keluarga, dan pembantu. Pemakaian
bahasa di masyarakat berlangsung dengan tetangga, mesjid, dalam pekerjaan, dan
dalam hiburan. Pemakaian bahasa di sekolah antara lain meliputi bahasa
pengantar, pegaulan antar murid, antar guru, dan antar guru dan murid.
Pemakaian bahasa dalam media massa antara lain terjadi melalui radio, televisi,
surat kabar, majalah, buku, dan pidato. Pemakaian bahasa dalam korespondensi
berlangsung dalam surat menyurat, baik resmi maupun pribadi.
Pemakaian bahasa Sunda di daerah Kabupaten
Ciamis hampir terdapat pada sebagian besar lingkungan pemakaian atau daerah
sentuh bahasa tersebut di atas.
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/metode-praktikum.html
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/metode-praktikum.html
1 komentar:
Semoga bermanfaat y,,
jangan lupa cantumin blog ane,,
amarfasyni.blogspot.com
Posting Komentar