Jumat, 28 Desember 2012



Semoga bermanfaat y:-)


A.    Latar Belakang Praktikum.
Bahasa ibu (bahasa aslibahasa pertama; secara harafiah mother tongue (bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka.
Dalam pemertahanan bahasa lazimnya tertuju pada bahasa ibu Dalam konteks  bilingual, yang dalam hal ini terdapat bahasa ibu (minor language) atau  bahasa etnis bersehadapan dengan bahasa utama (major language), seperti  bahasa nasional.  Pemertahanan bahasa ibu (language maintenance) lazim didefinisikan sebagai upaya yang disengaja, antara lain, untuk (1) mewujudkan diversitas kultural, (2) memelihara identitas etnis, (3)  memungkinkan adaptabilitas sosial, (4) secara psikologis menambah rasa aman bagi anak, dan (5) meningkatkan kepekaan linguistis (Crystal, 1997).
Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah BrebesJawa Tengah.
Semakin berkembangnya budaya asing di Indonesia, oleh sebab itu perlunya pelestarian bahasa ibu yang dalam hal ini kami masukan Bahasa Sunda karena dilihat dari latar belakang tempat kuliah kami di daerah sunda. Masyarakat suku sunda pada umumnya sudah tidak memakai bahasa sunda, ini dikarenakan beberapa sebab. Diantaranya mereka merasa malu menggunakan bahasa sunda karena dianggap “kampungan” dan mereka berfikir bahwa bahasa asing lebih keren dipakai. Yang kedua dikarenakan bahasa sunda menggunakan kata yang sangat sulit yaitu melihat siapa yang diajak bicara. Misalnya kata makan, dalam bahasa sunda terdiri dari beberapa macam yaitu neda, tuang, dahar, dan nyatu. Ini tentu saja memusingkan karena jika salah penempatan pasti dianggap  tidak sopan. Maka dari itu dianggap susah.






B.     Alasan Lokasi Praktikum

Kabupaten Ciamis adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mayoritas berbahasa Sunda. Namun, karena letak geografisnya berbatasan dengan Jawa Tengah mungkin dapat kita temukan dialek yang berbeda, apalagi bila dilihat dari luasnya Kabupaten Ciamis yang mungkin sebelah Barat dan Utara menggunakan bahasa Sunda, sedang sebelah timur yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah berbahasa Jawa.
Mayoritas penduduk Kabupaten Ciamis adalah suku bangsa Sunda yang berbahasa ibu bahasa Sunda. Di samping itu terdapat suku bangsa Jawa yang berdiam di daerah perbatasan Ciamis dan Cilacap, sepanjang daerah sungai Citanduy, mulai dari Banjar, ke sebelah selatan sampai ke Segara Anakan. Kemudian mereka menyebar ke pedalaman dan ke sepanjang pantai Ciamis Selatan. Kelompok etnis lain yang terdapat di Kabupaten Ciamis ialah WNI keturunan Cina dan keturunan Arab, yang pada umumnya mereka berdiam di kota, baik di kota-kota kecamatan maupun di kota kabupaten.
Keadaan kebahasaan di Kabupaten Ciamis sangat menarik, secara administratif wilayah Kabupaten Ciamis sebelah timur berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah. Di daerah perbatasan timur sebelah utara, wilayah pemakaian bahasa Sunda menjorok ke dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, melewati batas administratif. Di daerah perbatasan timur sebelah selatan terjadi hal sebaliknya. Wilayah pemakaian bahasa Sunda tidak sampai ke perbatasan administratif. Pemakaian bahasa Jawa menjorok ke dalam wilayah Jawa Barat, melewati perbatasan administratif, walaupun pemakaiannya bersifat dwi bahasa (Bahasa Campuran).
Selain adanya pemakaian bahasa menurut letak geografis, terdapat pula pemakaian bahasa menurut lingkungannya. William F. Mackey (1962) melukiskan adanya empat hal yang dapat memberikan kedwibahasaan, yaitu (1) tingkat kedwibahasaan, (2) fungsi, (3) alternasi, (4) interferensi. Fungsi dibagi dua yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi eksternal melukiskan pemakaian bahasa menurut lingkungan pemakainya. Pemakaian bahasa dalam setiap lingkungan atau daerah sentuh bahasa ditentukan oleh beberapa variabel yaitu (1) lamanya, (2) kekerapannya, dan (3) dorongan-dorongan yang menyebabkan adanya pemakaian bahasa.
Lingkungan pemakaian bahasa atau daerah sentuh bahasa dapat terjadi (1) di rumah, (2) di masyarakat, (3) di sekolah, (4) dalam media massa, dan (5) dalam korespondensi. Pemakaian bahasa di rumah dapat terjadi dengan ayah, ibu, sanak saudara, keluarga, dan pembantu. Pemakaian bahasa di masyarakat berlangsung dengan tetangga, mesjid, dalam pekerjaan, dan dalam hiburan. Pemakaian bahasa di sekolah antara lain meliputi bahasa pengantar, pegaulan antar murid, antar guru, dan antar guru dan murid. Pemakaian bahasa dalam media massa antara lain terjadi melalui radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, dan pidato. Pemakaian bahasa dalam korespondensi berlangsung dalam surat menyurat, baik resmi maupun pribadi.
Pemakaian bahasa Sunda di daerah Kabupaten Ciamis hampir terdapat pada sebagian besar lingkungan pemakaian atau daerah sentuh bahasa tersebut di atas.



http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/metode-praktikum.html




1 komentar:

amar fasyni mengatakan...

Semoga bermanfaat y,,
jangan lupa cantumin blog ane,,
amarfasyni.blogspot.com

MP3

Visit my YouTube

Followers

Total tayang halaman

My visitors

Flag Counter

Popular Posts

Blog Archive